March 29, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

MNC Sekuritas

Ada Lelang Lagi, Pasar Surat Utang Negara Akan Bergerak Terbatas

IVOOX.id, Jakarta - MNC Sekuritas memperkirakan bahwa harga surat utang negara atau SUN pada perdagangan hari ini, Selasa (28/8/2018) akan bergerak terbatas di awal perdagangan menjelang pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara oleh pemerintah.

I Made Adi Saputra, Kepala Riset Fixed Income MNC Sekuritas, mengatakan bahwa hasil dari lelang akan menentukan arah pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder.

Sementara itu dari faktor eksternal, adanya kesepakatan dagang antara pemerintah Amerika Serikat dengan Meksiko, mendorong terjadinya kenaikan di pasar saham global, mengindikasikan bahwa investor telah berani kembali masuk di aset yang beresiko setelah sempat berfluktuasi di tengah ketidakpastian pasar dalam beberapa bulan terakhir.

"Kondisi tersebut kami perkirakan akan berdampak terhadap pasar surat utang negara - negara berkembang yang menawarkan tingkat imbal hasil yang cukup tinggi," katanya dalam riset harian, Selasa (28/8/2018).

Made mengatakan, dengan pertimbangan beberapa faktor tersebut, maka MNC Sekuritas sarankan kepada investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga Surat Utang Negara dengan mencermati hasil dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara.

Sementara itu, di tengah pergerakan harga Surat Utang Negara yang masih bergerak terbatas, adanya koreksi harga merupakan peluang untuk melakukan akumulasi secara bertahap.

"Beberapa seri yang kami rekomendasikan di antaranya adalah sebagai berikut : FR0069, FR0036, FR0043, FR0070, FR0052, FR0058, FR0074, FR0068, FR0072, FR0075 dan FR0067," katanya.

"Secara teknikal, harga Surat Utang Negara masih berada pada area konsolidasi untuk tenor 1 - 10 tahun, sehingga kami perkirakan pergerakan harganya dalam jangka pendek akan cenderung beregrak mendatar (sideways)," lanjutnya.

Adapun untuk tenor di atas 10 - 15 tahun, indikator menunjukkan adanya peluang tren kenaikan harga dalam jangka pendek.

Hari ini pemerintah akan menggelar lelang 6 seri SUN yakni seri SPN03181129 (New Issuance), SPN12190829 (New Issuance), FR0063 (Reopening), FR0064 (Reopening), FR0065 (Reopening) dan FR0075 (Reopening) dengan target Rp10 triliun.

Review Pasar Kemarin

Meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah dukung penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Senin, 27 Agustus 2018.

Pergerakan tingkat imbal hasil cenderung mengalami penurunan dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 2 bps dimana penurunan imbal hasil yang cukup besar didapati pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah hingga panjang.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4) tahun mengalami perubahan berkisar natra 1 - 3 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps.

Adapun untuk imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan imbal hasil hingga sebesar 6 bps yang didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 35 bps.

Sedangkan untuk Surat Utang Negara dengan tenor panjang juga terlihat mengalami penurunan hingga sebesar 5 bps dengan adanya perubahan harga yang berkisar antara 5 - 40 bps.

Penurunan imbal hasil yang terjadi pada perdagangan di awal pekan kemarin didukung oleh meredanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah setelah pada pekan kemarin diperdagangkan hingga mendekati level 14700 per Dollar Amerika.

Menguatnya nilai tukar rupiah tersebut didukung oleh pernyataan Gubernur Bank Indonesia, dimana prioritas utama Bank Indonesia saat ini adalah untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah.

Berkoordinasi dengan pemerintah, Bank Indonesia akan berusaha untuk memperbaiki defisit neraca berjalan (Curren Account Deficit) dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Namun demikian, secara keseluruhan penurunan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin juga diikuti oleh penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan, dimana pada perdagangan kemarin mengalami penurunan sebesar 2 bps untuk tenor 5 tahun di level 7,72% , penurunan sebesar 3 bps untuk tenor 20 tahun di level 8,33% dan penurunan sebesar 4 bps di level 8,03% untuk tenor 15 tahun.

Adapun imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan tenor 10 tahun mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 7,90% setelah mengalami penurunan harga terbatas sebesar 10 bps.

Sedangkan dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya juga terlihat mengalami penurunan yang didukung oleh stabilnya pergerakan imbal hasil dari US Treasury.

Penurunan imbal hasil terjadi pada hampir keseluruhan tenor Surat Utang Negara dimana imbal hasil dari INDO23 mengalami penurunan sebesar 3 bps di level 3,92% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 15 bps.

Adapun imbal hasil dari INDO28 mengalami penurunan sebesar 4 bps di level 4,26% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 25 bps.

Sementara itu penurunan sebesar 5 bps didapati pada INDO43 di level 4,79% setelah mengalami kenaikan harga sebesar 75 bps.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp7,42 triliun dari 30 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan di akhir pekan.

Adapun untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,57 triliun. Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,68 triliun dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 91,86% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp1,49 triliun dari 36 kali transaksi di harga rata - rata 99,04%.

Adapun dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS012 menjadi yang paling banyak ditransaksikan yaitu senilai Rp99,06 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 102,59% dan diikuti oleh perdagangan Sukuk Ritel seri SR009 senilai Rp70,55 miliar dari 14 kali transaksi di harga rata - rata 99.68%.

Sementara itu dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,08 triliun dari 36 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap III Tahun 2018 Seri A (ADMF04ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp461,5 miliar dari 38 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan IV Sarana Multigriya Finansial Tahap V Tahun 2018 Seri A (SMFP04ACN5) senilai Rp159 miliar dari 9 kali transaksi di harga 100,00%.

Adapun nilai tukar rupiah pada perdagangan di awal pekan ini ditutup menguat sebesar 28,50 pts (0,19%) di posisi 14620,00 per Dollar Amerika.

Bergerak dengan mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 14598,80 hingga 14628,00 per Dollar Amerika.

Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika terjadi seiring dengan penguatan mata uang regional yang dipimpin oleh Baht Thailand (THB) dan Won Korea Selatan (KRW).

Sementara itu mata uang Yuan China (CNY) mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika setalah Bank Sentral China (PBOC) bergerak untuk menjaga agar nilai mata uangnya tidak melanjutkan mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika.

Sedangkan dari data likuiditas perbankan yang disampaikan oleh Bank Indonesia, total likuiditas yang tersedia di tanggal 27 Agustus 2018 senilai Rp61,38 triliun, di mana nilainya mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi di akhir pekan lalu yang sebesar Rp81,97 triliun.

Sementara itu dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya cenderung terbatas dengan imbal hasil dari US Treasury tenor 10 tahun ditutup dengan mengalami kenaikan terbatas di level 2,85% dan tenor 30 tahun di level 2,998% setelah adanya kesepakatan dagang antara pemerintah Amerika Serikat dengan Meksiko.

Adapun imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga terlihat mengalami kenaikan terbatasdi level 0,376%, sementara itu surat utang Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan di level 1,274%.

0 comments

    Leave a Reply