May 18, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

52 Perusahaan Lokal Listing di Luar Negeri Diharapkan Bisa Jadi Emiten BEI

iVooxid, Jakarta - Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), mengungkapkan, saat ini ada sekitar 52 perusahaan lokal yang pendapatannya berasal dari pasar domestik tetapi sahamnya tercatat di bursa luar negeri. Karena itu, pemerintah diminta untuk mendorong perusahaan seperti ini untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (PUPS) di BEI.

“Kurang baik jika ada perusahaan-perusahaan yang memiliki aset dan meraih pendapatan dari pasar domestik, tetapi sahamnya tercatat di bursa luar negeri. Pasalnya, seluruh rakyat Indonesia juga harus turut menikmati sebagian dari hasil yang diraih mereka. Karena itu, saya menghimbau pemerintah agar memaksa mereka untuk mencatatkan sahamnya di sini (BEI-red),” papar Tito di gedung BEI, Jakarta Selatan, Kamis (5/1/2017).

Tito menginformasikan bahwa dirinya sudah menyampaikan daftar 52 perusahaan yang dimaksud itu kepada Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangn RI. “Jjika seluruh perusahaan tersebut menjadi emiten Bursa Efek Indonesia, maka nilai kapitalisasi pasarnya bisa mencapai Rp400 triliun,” ujar Tito.

Tito mengemukakan, diantara 52 perusahaan tersebut, sudah ada tiga perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di BEI. Ketiga perusahaan itu berbisnis di sektor pertambangan dan properti. Pemilik ketiga perushaan tersebut adalah warga negara Indonesia (WNI) yang menggunakan nama asing. Ketiga perusahaan itu sudah mencatatkan sahamnya di bursa saham Singapura, Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat.

Tito menuturkan, selain ketiga perusahaan tersebut, ada satu perusahaan yang listing di Australia milik Hary Tanoesudibyo (HT), salah satu taipan besar Indonesia, yang juga berniat untuk melaksanakan PUPS di BEI. “Perusahaan milik HT tersebut sebelumnya listing di Nasdaq AS, sekarang di bursa saham Perth, Australia, juga berniat listing di BEI,” tukasnya.

Tito juga mengungkapkan, bahwa pihaknya telah bertemu dengan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Kemaritiman, untuk menjelaskan kondisi pasar modal Indonesia saat ini dan permasalahannya. Pasalnya, ada dua masalah yang dihadapi pasar modal Indonesia saat ini, yaitu masalah peringkat Indonesia karena mencerminkan tingkat kepercayaan investor dan mengeni kerentanan likuiditas aset.

Tito mengatakan, menurut perusahaan pemeringkat internasional Standard & Poors (S&P), peringkat Indonesia saat ini masih di level BB+ (double B plus). Padahal, manajemen fiskal dan penyesuaian aturan sudah dilakukan secara tata kelola. Disamping itu, fundamental ekonomi Indonesia juga positif.[abr]

0 comments

    Leave a Reply