March 29, 2024

Update Terbaru virus covid-19
Indonesia

Memuat...

Dunia

Memuat...

10 Keputusan Finansial Penting yang Harus Diambil Anak Milenial Jelang Usia 30-an

IVOOX.id, Jakarta - Sudah bukan waktunya lagi anak muda mengabaikan pengelolaan uang yang sehat. Anak milenial yang belum masuk usia 30-an perlu cermat mengambil keputusan finansial yang cerdas untuk masa depan yang cerah.

Banyak orang mungkin sepakat, usia 20-an adalah masa di mana hidup terasa menyenangkan: fisik dan jiwa sudah pasti masih muda, terbuka segala kemungkinan masa depan, belum banyak tanggungan, dan segala yang indah-indah.

Di usia 20-an, kamu mungkin masih berada di pertengahan masa antara tuntutan untuk segera menyelesaikan pendidikan, kebutuhan untuk memulai tapak karir bahkan mungkin sudah mulai menyiapkan rencana membentuk keluarga sendiri. Rentang usia itu menjadi saat yang tepat untuk memulai penataan keuangan supaya kelak ketika kamu memasuki usia 30-an dan seterusnya, kondisi finansial kamu lebih terkelola.

Nah, bila saat ini kamu, anak milennial yang masih kepala dua dan dalam hitungan tahun ke depan segera memasuki usia kepala tiga, ada baiknya kamu menimbang beberapa keputusan finansial penting yang perlu kamu ambil mumpung masih muda belia. Check this out!

1. Selesaikan beban utang

Godaan konsumerisme semakin merajalela disokong kedigdayaan media sosial dalam mengkampanyekan gaya hidup. Tak heran kita semakin sering mendapati cerita anak-anak muda yang sudah bermasalah dengan utang. Duh.

Kamu masih muda dan sudah punya utang konsumtif nan mahal? Menanggung utang berbiaya mahal akan membatasi langkah kamu kelak dalam mengoptimalkan penghasilan. Betapa tidak? Capek-capek kerja hasilnya banyak tersedot menutup utang. Jangan sampai, ya.

Maka itu, bila saat ini kamu sudah terlanjur menanggung utang-utang berbiaya mahal seperti utang kartu kredit atau utang kredit tanpa agunan atau mungkin utang konsumtif lain, pastikan kamu fokus untuk segera menyelesaikan tanggungan utang tersebut sesegera mungkin.

Dengan menyelesaikan utang mahal sebelum kepala tiga, kamu bisa lebih leluasa mengatur keuangan  kelak ketika tanggungjawab semakin banyak seiring pertambahan usia.

2. Hindari utang kartu kredit

Di awal-awal membangun karier, kamu mungkin tengah menikmati masa-masa memiliki pendapatan sendiri. Biasanya, di masa-masa tersebut, seseorang mulai mengenal kartu kredit. Memakai  kartu kredit bukan hal terlarang selama memang kamu fungsikan sebagai alat transaksi nontunai dan bukan sebagai tambahan pendapatan.

Kartu kredit bisa menjadi cara mudah untuk membantu kamu membangun histori pinjaman uang atau reputasi kredit yang baik selama pemakaiannya bijak. Sebaliknya, kartu kredit dapat menjadi bencana keuangan yang fatal bila kamu salah menggunakan, misalnya sering memakainya untuk tarik tunai (cash advance), kerap telat membayar tagihan, jarang membayar tagihan secara penuh, dan kesalahan-kesalahan lain perihal pemakaian kartu kredit. Maka itu, mumpung masih muda, jangan sampai kamu terjerat masalah utang kartu kredit.

Gunakan kartu kredit seperlunya dan hindari berutang memakai kartu kredit. Bagaimana dengan memanfaatkan cicilan 0%? Boleh-boleh saja selama memang kamu berkomitmen untuk selalu melunasi 100% tagihan yang datang. Prinsip lain yang terpenting: selalu jaga kemampuan berutang kamu (debt service ratio) maksimal sebesar 30% dari total pendapatan rutin. Jadi, bila gaji kamu saat ini berkisar Rp 5 juta, maksimal cicilan utang yang boleh kamu ambil adalah Rp1,5 juta. Itu sudah termasuk utang atau tagihan kartu kredit, cicilan KPR, dan cicilan utang-utang lain.

3. Mulai membangun dana darurat

Sesuai namanya, dana darurat penting untuk dimiliki supaya kamu memiliki antisipasi finansial menghadapi kondisi-kondisi darurat. Memiliki dana darurat juga bisa menghindarkan kamu dari utang berbiaya mahal manakala kepepet membutuhkan dana tunai segar.

Bila kamu masih lajang atau belum berkeluarga, kebutuhan dana darurat minimal 3 kali besar pengeluaran bulanan rutin. Yang sehat, sih, setiap orang perlu menyiapkan dana darurat paling enggak 3-6 kali besar pengeluaran rutin bulanan.

Jadi, bila setiap bulan pengeluaran rutin kamu mencapai Rp4 juta, siapkan setidaknya Rp12 juta dana darurat. Tempatkan dana darurat di instrumen yang likuid atau mudah dicairkan seperti di tabungan, deposito atau emas.

4. Mulai tabungan pensiun

Ini pasti menuai banyak pertanyaan: masih muda, masak iya sudah harus memikirkan persiapan pensiun, sih? Bila kamu memahami konsep time value of money di mana ada ancaman inflasi di masa depan, kamu pasti sepakat bila menyiapkan dana persiapan pensiun jauh-jauh hari akan sangat baik untuk mencapai kondisi finansial yang ideal di masa depan.

Semakin awal kamu memulai menabung dana pensiun, semakin leluasa peluang kamu mewujudkan target dana pensiun sesuai harapan. Bila kamu karyawan di sebuah perusahaan, mungkin kamu sudah diikutsertakan perusahaan ke program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan. Tapi, tidak ada salahnya untuk membangun sendiri strategi dana pensiun yang lebih sesuai dengan target kebutuhan dana. Misalnya, dengan berinvestasi di produk yang lebih agresif seperti reksadana saham atau saham.

5. Mulailah berasuransi

Menghindari asuransi bisa menjadi kesalahan finansial yang besar. Mengapa? Memiliki asuransi dapat menjadi salah satu cara mengelola risiko finansial yang paling murah, lho. Bagaimanapun setiap individu sudah pasti memiliki risiko. Risiko sakit, risiko kecelakaan, hingga risiko jiwa. Berasuransi bukan berarti mencegah kita dari sakit, kecelakaan apalagi kematian. Sebaliknya, berasuransi membantu kita mengelola dampak finansial apabila suatu waktu risiko itu muncul.

Misalnya, bila suatu waktu kita jatuh sakit dan harus berobat ke rumahsakit dan mengeluarkan sejumlah uang agar bisa ditangani, kita tidak perlu terlalu terbebani lagi dengan biaya karena sebagian risiko sudah kita alihkan ke pihak ketiga yaitu perusahaan asuransi.

Begitu juga dengan asuransi jiwa. Bila kamu saat ini sudah berperan sebagai pencari nafkah utama bagi keluarga atau menanggung hidup pasangan, anak atau orangtua, memiliki asuransi jiwa dapat membantu kamu mengelola dampak risiko finansial karena kematian. Sekali lagi, berasuransi bukan berarti dapat mencegah kematian. Berasuransi juga bukan berarti mengharap risiko itu datang supaya penerima manfaat mendapatkan uang. Mindset tersebut sangat salah.

Justru, berasuransi bisa membantu kamu mengelola dampak finansial sehingga ketika risiko itu muncul, keuangan kamu tidak ikut babak belur. Dalam hal asuransi jiwa, ketika kamu selaku pencari nafkah mendadak  meninggal dunia, keluarga yang selama ini bergantung pada sokongan keuangan dari kamu bisa melanjutkan hidup dengan bekal finansial yang memadai.

6. Biasakan hidup sesuai kemampuan

Para pekerja muda biasanya mudah tergoda untuk berboros ria. Maklum, masih merasakan euforia memiliki penghasilan sendiri. Sebenarnya sah-sah saja untuk menikmati hidup dengan penghasilan sendiri. Hanya saja, kebiasaan untuk menerapkan gaya hidup konsumtif bisa menjadi awal dari kondisi finansial yang buruk.

Pasti kamu tidak bercita-cita, dong, memiliki keuangan yang buruk di masa depan. Dus, masa muda justru menjadi saat yang tepat untuk memulai kebiasaan keuangan yang baik. Mulailah untuk menerapkan hidup sesuai kemampuan. Hindari berutang sekadar untuk mengikuti gaya hidup konsumtif.

Menghindari gaya hidup konsumtif bukan berarti kamu menjadi orang pelit, lho. Menolak konsumerisme bisa kamu mulai dengan membiasakan diri memiliki pengelolaan finansial yang rapi. Misalnya, memulai memiliki jurnal atau catatan keuangan yang rapi. Biasakan memiliki perencanaan keuangan sehingga setiap keputusan finansial yang kamu ambil sifatnya tidak impulsif.

7. Mulai berinvestasi

Usia muda adalah saat yang tepat untuk memulai pengalaman berinvestasi di produk keuangan, Moneysavers. Mengapa perlu investasi? Tak lain karena kita menghadapi momok besar bernama inflasi. Inflasi adalah sesuatu yang nyaris tidak bisa kamu hindari. Inflasi membuat nilai uang yang kamu miliki berisiko tergerus di masa mendatang. Uang kamu sebesar Rp5 juta saat ini, dalam jangka waktu 20 tahun mendatang, hampir pasti nilainya akan menurun jauh lebih rendah.

Supaya penghasilan kamu bisa kebal melawan inflasi, kamu perlu memikirkan pengembangan aset atau pengembangan penghasilan. Salah satu caranya, ya, melalui investasi. Investasi tidak rumit, kok. Saat ini kamu sudah bisa memulai investasi di produk keuangan dengan modal yang kecil. Investasi di produk reksadana, sebagai contoh, sudah bisa kamu lakukan mulai Rp50 ribu saja!

Sering-seringlah mempelajari seluk beluk investasi di banyak sumber seperti HaloMoney.co.id atau media keuangan dan investasi lain yang kredibel.

8.  Miliki tujuan keuangan jangka panjang

Memiliki tujuan itu hal yang sangat penting, tak terkecuali perihal keuangan. Seseorang yang memiliki tujuan keuangan spesifik, akan lebih serius mengelola keuangan ketimbang mereka yang tidak punya tujuan jelas keuangan di masa depan.

Memiliki tujuan keuangan yang jelas dan spesifik akan membantu kamu untuk lebih fokus mengelola keuangan dengan lebih baik. Tujuan keuangan jangka panjang misalnya, ingin memiliki rumah sendiri, ingin berlibur keliling Eropa, persiapan biaya menikah, dan lain sebagainya. Kamu bisa memulainya begitu memiliki penghasilan.

Ketahui cara menyusun tujuan keuangan dan cari strategi paling masuk akal untuk  mencapainya.

9. Menabung untuk biaya menikah

Kamu bercita-cita menikah sebelum usia 30 tahun? Kalau sudah memiliki calon pasangan hidup, tidak ada alasan untuk menunda tabungan biaya pernikahan. Bagaimana bila masih menjomblo? Ya, tidak ada salahnya juga untuk memiliki tabungan persiapan menikah. Hitung-hitung itu bagian dari ikhtiar supaya jodoh lekas datang, kan?

Memulai tabungan untuk pernikahan adalah langkah yang bagus supaya ketika kelak kamu mendadak ketemu jodoh dan ingin lekas menikah, kamu tidak pusing masalah biaya. Mungkin orangtua kamu bisa diandalkan untuk keperluan ini. Tapi, bila bisa membiayai sendiri pernikahan tentu akan jadi hal yang membanggakan, bukan?

Selain itu, dengan memiliki persiapan biaya pernikahan, kamu enggak mudah tergoda berutang untuk membiayai kebutuhan yang sifatnya konsumtif seperti biaya pernikahan.

10. Buat bujet khusus untuk berbagi

Kamu pasti sering mendengar ungkapan “Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Ya, memang itulah kenyataannnya. Mereka yang banyak memberi atau berbagi umumnya menjadi individu yang lebih bahagia. Semakin banyak memberi, semakin tinggi tingkat kepuasan hidupnya.

Selagi muda, mengapa tidak membiasakan hal baik ini? Sedari muda dan mulai memiliki penghasilan, biasakan menyiapkan alokasi khusus dari penghasilan untuk kebutuhan sosial ini. Bila kamu muslim, ada kewajiban berzakat sebesar 2,5% dari penghasilan apabila sudah memenuhi syarat menjadi wajib zakat.

Alokasi pengeluaran untuk kebutuhan sosial juga tak melulu berupa zakat atau perpuluhan yang sifatnya wajib. Ada juga dalam bentuk sedekah, donasi kegiatan sosial, dan lain sebagainya.

0 comments

    Leave a Reply